BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran matematika di sekolah,
banyak dijumpai siswa yang merasa kesulitan dengan materi-materinya. Bagi siswa
yang rajin, ia akan berusaha belajar keraas untuk mempelajarinya guna mengatasi
kesulitannya, tetapi bagi siswa malas ia lebih memilih jalan singkat dengan
mencontek temannya.
Mencontek bukanlah istilah asing di telinga kita, bagi dunia pendidikan kegiatan mencontek memberikan pengaruh cukup buruk untuk kemajuannya. Mencontek dilakukan siswa hanya untuk mengejar nilai ataupun hanya memenuhi tugas dari gurunya agar memperoleh nilai atau tidak diberi sangsi. Siswa yang mencontek berusaha untuk menutupi tindakannya dengan cara berbohong pada gurunya demi memperoleh nilai yang baik. Terkadang siswa tukang contek tidak segan-segan memberi imbalan (suap) pada siswa yang mau memberi contekan padanya.
Mencontek bukanlah istilah asing di telinga kita, bagi dunia pendidikan kegiatan mencontek memberikan pengaruh cukup buruk untuk kemajuannya. Mencontek dilakukan siswa hanya untuk mengejar nilai ataupun hanya memenuhi tugas dari gurunya agar memperoleh nilai atau tidak diberi sangsi. Siswa yang mencontek berusaha untuk menutupi tindakannya dengan cara berbohong pada gurunya demi memperoleh nilai yang baik. Terkadang siswa tukang contek tidak segan-segan memberi imbalan (suap) pada siswa yang mau memberi contekan padanya.
Mencontek
bukanlah kegiatan belajar, tetapi mencontek merupakan bahaya laten bagi
belajar. Mencontek dapat melahirkan generasi penerus yang pemalas dan bermental
koruptor serta tukang bohong. Bilamana siswa tidak mau memberi contekan,
maka siswa tukang contek dapat berubah menjadi preman di sekolah untuk
memaksakan kehendaknya dalam mencontek. Namun
seringkali hal ini tidak disadari pengaruhnya buruknya oleh siswa. Pelaku
pendidikan di lembaga formal ataupun non formal terkadang membiarkan praktek
mencontek terjadi pada siswa.
Dilihat
dari hasil belajarnya, mungkin siswa yang mencontek kelihatan berhasil pada
pembelajaran sehari-hari. Tetapi ketika siswa tersebut ujian dengan soal
berbeda dengan teman dan pengawasan yang ketat, maka akan kelihatan nilai siswa
tersebut sangat berbeda dengan nilai sehari-harinya, yaitu siswa tersebut
memperoleh hasil belajar yang rendah. Hal
itu semua mungkin bisa tidak terjadi, bila mana sedini mungkin mengingat
kembali tujuan belajar adalah mencari ilmu pengetahuan bukan mencari nilai.
Tetapi sayangnya sistem sekarang cenderung ke arah nilai untuk mengetahui
tujuan tersebut berhasil atau tidak, sehingga siswa sekarang cenderung
mendapatkan nilai setinggi-tinggi tidak lagi mempedulikan ilmu yang didapatnya.
B. Permasalahan
Berdasarkan
uraian dalam latar belakang di atas dapat ditarik permasalahan sebagai berikut
:
1.
Apa
sajakah kebiasan yang dilakukan siswa dalam mencontek !
2.
Bagaimanakah
pengaruh kebiasaan mencontek terhadap sikap siswa?
3.
Bagaimanakah
mengatasi kebiasaan mencontek ?
C. Tujuan
Penulisan
Selaras dengan permasalahan,
maka tujuan penulisan ini adalah :
- Untuk mengetahui kebiasan-kebiasaan yang dilakukan siswa dalam mencontek.
- Untuk mengetahui pengaruh yang dapat diakibatkan dari kebiasaan mencontek terhadap sikap siswa.
- Untuk mengetahui cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebiasaan mencontek.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kebiasan
Mencontek
Menyontek adalah suatu perbuatan yang tidak jujur,
curang dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Menyontek
atau menjiplak atau ngepek sebagai suatu kegiatan mencontoh/ meniru/ mengutip tulisan,
pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya (Poerwadarminta, 2003). Cheating (menyontek) menurut Wikipedia
Encyclopedia sebagai suatu tindakan tidak jujur yang dilakukan secara sadar
untuk menciptakan keuntungan yang mengabaikan prinsip keadilan. Ini
mengindikasikan bahwa telah terjadi pelanggaran aturan main yang ada.
Abdullah Alhadza dalam Admin (2004) mengutip pendapat dari Bower (1964)
yang mendefinisikan “cheating is
manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end (achieve
academic success or avoid academic failure),” maksudnya “menyontek” adalah
perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang
sah/terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari
kegagalan akademis. Pendapat Bower ini juga senada dengan Deighton (1971) yang
menyatakan “Cheating is attempt an
individuas makes to attain success by unfair methods.” Maksudnya, cheating
adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan
cara-cara yang tidak jujur (Arifin, 2012).
Ada beberapa
kebiasan yang dilakukan siswa dalam mencontek, yaitu kebiasaan mencontek dalam
mengerjakan tugas dan kebiasaan mencontek dalam ujian.
1.
Mencontek
Ketika ada Tugas atau PR
Kebiasaan mencontek ketika ada tugas atau PR dilakukan
siswa dengan cara sebagai berikut :
a.
Mencontek
saat mengerjakan tugas bersama di rumah
Biasanya siswa yang mencontek ketika di rumah, awalnya
ingin belajar bersama temannya. Tetapi ketika belajar bersama menjadi buntu
untuk mengerti, ia akan mencontek jawaban tugas temannya. Biasanya terjadi jika
tugas di rumah dengan soal yang banyak.
b.
Mencontek
ketika pagi hari awal pelajaran
Ketika siswa lupa belum mengerjakan PR atau tidak bisa
menyelesaikan PR padahal hari itu batas terakhir mengerjakan PR, maka siswa
berusaha berangkat lebih pagi untuk mencontek jawaban temannya yang telah
selesai. Pada pagi hari tampak kerumunan siswa yang mengerjakan PR dan
mencontek bersama-sama sebelum gurunya datang. Bahkan mereka terkadang masih
asik mencontek, ketika guru telah datang.
c.
Mencontek
saat jam pelajaran lain
Bagi siswa yang berangkatnya agak siang tepat dengan
waktu masuk dan belum mengerjakan PR, sementara begitu ia masuk beberapa menit
kemudian guru juga masuk. Mereka yang mencontek di pelajaran lain biasanya
terlihat asik mengerjakan sesuatu, padahal siswa saat itu masih disuruh
memperhatika ataupun mengamati. Siswa tersebut tidak memperhatikan pelajaran
yang diikuti, ia hanya konsentrasi menyelesaikan tugasnya dengan cepat.
2.
Mencontek
saat Ujian
Mencontek saat ujian merupakan kegiatan mencontek yang
kerap dilakukan oleh siswa. Bahkan beberapa siswa dan guru menganggap hal ini
sesuatu yang wajar.
a.
Mencontek
dengan bantuan media
Mencontek dengan bantuan
media, biasanya siswa telah membuat catatan-catatan kecil/ringkasan materi yang
mungkin keluar dalam ujian atau tes. Media untuk menulis biasanya di kertas
kecil, kartu tes, penghapus, alas untuk lembar jawab, bahkan di meja.
Bilamana siswa telah membuat
catatan kecil/ringkasan biasanya, ia menyimpan di jam tangan, bolpoin, rautan,
kotak pensil, pakaian yang dikenakan, kaos kaki, sepatu dan di buku.
b.
Mencontek
dari jawaban teman
Kerjasama ini
dilakukan siswa dengan
cara melihat
jawaban langsung dari kertas teman, dan apabila soal berupa pilhan ganda mereka
minta jawaban dengan kode-kode tertentu. Apabila soal berupa uraian, mereka meminta jawaban
dalam kertas yang dibuat dalam klintingan kecil, atau bola-bola kecil dari
kertas yang mudah untuk dilempar.
c.
Mencontek
dengan keluar tempat ujian
Biasanya dilakukan siswa dengan cara ijin ke kamar
kecil atau WC. Siswa biasanya telah mempersiapkan beberapa
contekan atau bahkan buku di dalam bilik WC. Mereka membaca jawaban dari tes berdasar buku yang
mereka pelajari di wc atau kamar kecil.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa menyontek merupakan suatu kegiatan mencontoh, meniru, mengutip
tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Kebiasan yang
dilakukan siswa dalam mencontek, yaitu dalam mengerjakan tugas dan ujian.
B. Sikap
yang Ditimbulkan dari Kebiasaan Mencontek
Menyontek adalah yang kebiasaan buruk yang harus
dihindari dikalangan pelajar. Menyontek merupakan suatu tindakan yang tidak
jujur dan dilakukan dalam keadaan sadar untuk menciptakan keuntungan sehingga
mengabaikan prinsip keadilan.Beberapa
sikap yang ditimbulkan dari mencontek adalah :
1.
Siswa
tidak jujur
Perilaku menyontek yang dilakukan siswa merupakan
perbuatan tidak jujur atau
membohongi
diri sendiri. Siswa yang mencontek berusaha untuk menutupi tindakannya dengan
cara berbohong pada gurunya demi memperoleh nilai yang baik. Kebohongan kecil adalah awal
kebohongan besar. Kalau kita berani membohongi diri sendiri tentu akan memicu
kita membohongi orang lain.
2.
Siswa
menjadi pemalas
Ada sebagian siswa yang berpikir untuk apa harus
belajar sedang ada hal mudah yang dapat dilakukan, yaitu dengan mencontek. Alasanya
yang sering mereka kemukakan adalah karena kegiatan yang bertumpuk dan
kebiasaan tidak mau meluangkan waktu belajar. Padahal banyak diantara mereka
menjadikan kegiatan itu hanya untuk bermalas-malasan saja, bukan untuk
mengembangkan potensi dan kecerdasan sosialnya. Mencontek
jawaban sudah menunjukkan kalau dia adalah orang yang pemalas dalam belajar.
Karena malas belajar diapun akhirnya mencontek demi mendapat nilai yang bagus.
3.
Hilangnya rasa
percaya diri
Sebenarya siswa sudah belajar teratur tetapi ada
kekhawatiran akan lupa lalu akan menimbulkan kefatalan, sehingga perlu
diantisipasi dengan membawa catatan kecil untuk mencotek atau bertanya temannya. Hilangnya
rasa percaya diri membuat siswa terlalu cemas menghadapi
ujian sehingga hilang ingatan sama sekali lalu terpaksa buka buku atau bertanya
kepada teman yang duduk berdekatan.
4.
Tidak bisa
mengembangkan ide dan menghancurkan kreatifitas
Mencontek menjadikan siswa malas untuk berpikir, ia
hanya bermain-main dengan hal-hal yang disenanginya saja sehingga melupakan
kreativitas untuk belajarnya. Ide yang terpikir hanya untuk mencontek agar
tidak diketahui oleh guru atau pengawasnya. Pikiran pencontek tidak
terlatih menghadapi masalah, tidak terlatih untuk mencoba menyelesaikan masalah
sendiri.
5.
Menimbulkan
sikap menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan
Apapun akan dilakukan oleh orang
yang biasa mencontek. Mereka akan mencari segala macam cara agar bisa mencontek
dengan sukses. Cara halus dan kasar pun akan mereka lakukan. Bahayanya sikap
menghalalkan segala cara ini bisa menjadi kebiasaan
6.
Menumbuhkan
sikap memaksa kehendak
Terkadang
siswa tukang contek tidak segan-segan memberi imbalan (suap) pada siswa yang
mau memberi contekan padanya. Bilamana siswa tidak mau memberi contekan,
maka siswa tukang contek dapat berubah menjadi preman di sekolah untuk
memaksakan kehendaknya dalam mencontek..
Jika dibiarkan mencontek, maka banyak pihak
yang dirugikan. Rekan yang dicontek
tentunya telah terampas kemampuannya.
Perilaku
menyontek yang dilakukan siswa merupakan perbuatan tidak jujur atau membohongi diri sendiri. Mencontek jawaban sudah menunjukkan kalau dia adalah
orang yang pemalas dalam belajar. Karena malas belajar diapun akhirnya
mencontek demi mendapat nilai yang bagus
C. Cara
Mengatasi Agar Siswa Tidak Mencontek
Mencontek
adalah perbuatan yang tidak jujur, perbuatan
ini membuat ketergantungan yang sangat hebat dan dampak yang sangat dahsyat. Rasanya tidaklah mudah untuk menghapus kebiasaan mencontek di kalangan
pelajar, butuh usaha
yang ekstra untuk itu. Namun
demikian, ada beberapa cara untuk
mencegah anak agar tidak mencontek, yaitu :
1.
Menyelidiki
perkembangan pola belajar siswa
Perlunya menyelidiki
perkembangan pola belajar siswa sebagai usaha pencegahan. Beri bantuan dan bimbingan pada siswa dalam belajar di
rumah. Jika
kemampuan siswa di bawah standar, maka berilah tambahan belajar di luar jam
sekolah.
Sediakan
akses terhadap bahan ajar yang cukup untuk semua siswa, jangan sampai
kekurangan sehingga mereka dapat belajar dan mengerjakan tugas dengan baik.
Jika ada kesulitan, jangan bosan-bosan untuk ditanya dan dibantu.
Sediakan alat tulis, buku dan peralatan belajar yang cukup.
2.
Memberikan kejujuran
Katakan pada siswa jika segala
sesuatu dengan kejujuran. Tampilkan sosok dan sikap seorang guru yang dalam keseharian di sekolah
bahkan di rumah tidak suka mencontek dan mengedepankan kejujuran dalam hal
apapun.
Usahakan. Ini akan diidentifikasi oleh siswa dan menjadi teladan yang
baik.
3.
Memberikan
wawasan tentang bahaya mencontek dan manfaat tidak mencontek
Berikan penjelasan tentang keburukan
mencontek kepada siswa. Tanamkan pada anak bahwa mencontek itu tak akan menyelesaikan masalah. Alih-alih
menyelesaikan masalah, kalau dibiarkan terus menerus bagaimana anak akan
menjadi pandai dan rajin belajar, kalau untuk mendapatkan nilai baik cukup
dengan mencontek.
4.
Memberikan
motivasi
Bantulah siswa untuk menemukan jalan
keluarnya dan berikan motivasi, jika siswa merasa tidak siap untuk
menghadapi tes dan merasa takut gagal. Yakinlah
bahwa siswa bisa
mengerjalkan sesuatu tanpa mencontek, yakinlah
pada siswa denga menganggap dirinya paling
pintar di antara teman lain,
sehingga siswa bisa mengurangi rasa minder dan membuat siswa pelan-pelan
meninggalkan kebiasaan mencontek. Membangkitkan
rasa percaya diri siswa.
Membiasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius, menumbuhkan
kesadaran hati nurani. Belajar
menerima kekurangan hidup sebagai bagian proses perkembangan yang harus
dilewati. Membuat cara belajar yang menarik bagi diri sendiri.
Pujilah atas usaha terbaiknya dan
hargailah. Jika siswa
ketahuan mencontek, jangan dihukum atau diejek namun berilah kesempatan untuk
bertanggungjawab. Jangan
membuat siswa merasa rendah.
5.
Menanamkan menyontek itu adalah perbuatan dosa
Menanamkan kebenaran firman Tuhan bahwa menyontek itu adalah perbuatan dosa. Pasang slogan anti mencontek atau kata-kata untuk menanamkan kejujuran
pada siswa. Pasang ditempat-tempat yang sering dilalui siswa dan mudah dilihat
sehingga mereka merasa untuk selalu diingatkan.
6.
Menegur
siswa yang mencontek
Jika dengan cara di atas, siswa
masih juga mencontek terutama pada saat ulangan, tegur yang baik jangan dibiarkan apalagi seolah-olah tidak melihat. Untuk siswa yang berulangkali masih
mencontek juga, kita tegur kalau perlu kita tangani (guru BK/Kepala Sekolah), dan
sebaiknya dengan memanggil orangtua sehingga orangtua akan mengerti
perkembangan anaknya di sekolah.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi mencontek meliputi menyelidiki
perkembangan pola belajar siswa sebagai usaha pencegahan mencontek, menampilkan sosok dan sikap seorang guru yang dalam keseharian di sekolah
bahkan di rumah tidak suka mencontek dan mengedepankan kejujuran dalam hal
apapun, menanamkan
kebenaran firman Tuhan bahwa menyontek itu adalah perbuatan dosa serta menegur siswa yang mencontek
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian sebelumnya
adalah :
1.
Kebiasan-kebiasaan
yang dilakukan siswa dalam mencontek yaitu dalam mengerjakan tugas dan ujian. Dalam
mengerjakan tugas, siswa mencontek ketika pagi hari awal dan dalam pelajaran.
Dalam mengerjakan tugas, siswa mencontek dengan bantuan media dan teman lain.
2.
Pengaruh
yang dapat diakibatkan dari kebiasaan mencontek terhadap sikap siswa adalah siswa
tidak jujur/pembohong, pemalas, tidak
mempunyai kreatifitas, tidak ada rasa percaya diri, sikap
menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan, dan memaksakan kehendak.
3.
Cara-cara
yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebiasaan mencontek meliputi menyelidiki perkembangan pola belajar siswa sebagai usaha pencegahan mencontek, menampilkan sosok dan sikap seorang guru yang dalam keseharian di sekolah bahkan
di rumah tidak suka mencontek dan mengedepankan kejujuran dalam hal apapun, menanamkan kebenaran firman Tuhan
bahwa menyontek itu adalah perbuatan dosa serta menegur siswa yang mencontek.
B. Saran-saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan kesimpulan di
atas :
- Guru hendaknya membiasakan berperilaku jujur, tidak mencontek dan memberikan wawasan pada siswa bahaya mencontek serta menegur siswa yang mencontek.
- Sekolah menciptakan buadaya tidak mencontek dalam kegiatan belajar di sekolah, bisa dilakukan dengan pemasangan spanduk bahaya mencontek.
- Pemerintah buat sistem pendidikan yang tidak mendukung budaya mencontek dan pelarangan keras untuk mencontek.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Sujinal. 2012. Menyontek Penyebab dan Penanggulangannya. http://wangsajaya.wordpress.com/2012/06/21/menyontek-penyebab-dan-penanggulangannya/. [Online] [Dikutip: 21 10 2013.]
Hubungan “Self Efficacy” dengan Perilaku. Pudjiastuti, Endang. 2012. Bandung : Mimbar, Vol. XXVIII.
Poerwadarminta, WJS. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
silahkan isi komentar dengan bahasa sopan