Social Icons

Selasa, 02 September 2014

Mengaktifkan Siswa Melalui Bertanya


        Dalam belajar, berpikir merupakan aktivitas paling pokok yang harus dipastikan dilakukan oleh siswa. Terkadang dalam proses pembelajaran masih terdapat siswa yang hanya asal mengikuti tak peduli dengan proses pembelajarannya, sehingga siswa menjadi pasif dan malas untuk melakukan aktivitas dalam belajarnya.
          Sebagai seorang pendidik, guru dituntut dapat mengatasi hal tersebut dan menjadikan siswanya aktif dalam pembelajaran sehingga siswa benar-benar melakukan belajarnya. Sering dijumpai guru berupaya dengan berbagai metode untuk membuat model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, tetapi terkadang guru lupa bahwa justru teknik bertanya yang ia gunakan dalam pembelajaran memegang peranan penting untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Ada beberapa tujuan bertanya yang harus dilakukan guru, yaitu untuk :
1. Menelaah dan merangkum pembelajaran sebelumnya
2. Mendorong atau melibatkan siswa berpikir matematis
3. Menilai kesiapan siswa
4. Mengecek pekerjaan rumah atau tugas kelas dan pemahaman siswa
5. Memfokuskan perhatian siswa pada materi matematika tertentu
6. Menilai ketercapaian tujuan pembelajaran atau sebagai asesmen formatif
7. Mendiagnosa kesulitan siswa
8. Mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan sikap inkuiri
9. Memancing siswa untuk mengemukakan pendapatnya sendiri
10. Memberi kesempatan kepada semua siswa mendengar penjelasan yang berbeda-beda dari siswa lainnya
11. Membantu guru menentukan laju pelajarannya dan untuk mengendalikan perilaku siswa

        Untuk mewujudkan tujuan dari bertanya guru, hendaknya tidak membuat pertanyaan yang tertutup, misalnya ya/tidak, atau pertanyaan tertutup (mengisi titik-titik). Guru jangan memandu siswa pada jawaban atau memberi petunjuk (clue) pada jawaban. Guru tidak membuat pertanyaan yang terpusat pada guru. Arahkan siswa bahwa merekalah yang memiliki kepentingan dengan pertanyaan tersebut. Guru jangan memberi label mudah atau sulit pada pertanyaan yang diajukan. Ini menyebabkan siswa tidak mengerahkan perhatian yang maksimal untuk menjawab pertanyaan.Guru jangan pernah menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan, tetapi siswa yang harus menjawabnya walaupun pada akhirnya dengan sedikit bantuan dari guru. Hindari memberi judgment salah pada jawaban siswa. Akan lebih positif, dengan menganggap jawaban siswa belum tepat sehingga mengundang mereka untuk berpikir ulang dan melakukan usaha kembali menjawab pertanyaan dengan memikirkan mengapa jawaban mereka belum tepat.
       Saat guru memberi pertanyaan, maka berikanlah kesempatan yang cukup pada siswa untuk menjawab soal. Guru jangan terburu-buru menjawab soal yang diajukan. Sadari bahwa terkadang guru sendiri membutuhkan waktu untuk menjawab soal. Guru hendaknya menunjukkan perhatian dan keseriusan pada apa atau cara berpikir siswa. Guru juga harus merikan apresiasi pada usaha siswa untuk berpikir, apapun jawabannya. Jawaban yang diberikan oleh siswa adalah hasil berpikir secara mandiri baik secara sendiri-sendiri maupun berkelompok, bukan jawaban hanya membeo jawaban temannya. Hindari pertanyaan yang memberikan jawaban siswa secara serentak, tetapi berilah kesempatan kepada siswa satu per satu. Dalam bertanya, guru agar meminta siswa untuk mengemukakan alasannya atau argumentasi di balik jawabannya.
       Dalam bertanya untuk mengaktifkan siswa, guru harus dapat membuat pertanyaan yang efektif. Pertanyaan efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Menuntut siswa berpikir, tidak sekedar mengingat dan menyebutkan
    Adanya tuntutan berpikir lebih, tidak sekedar mengingat dan menyebutkan akan memaksa siswa menggunakan seluruh kemampuannya dalam kegiatan belajar. Pertanyaan yang dibuat guru hendaknya dalam kata tanya: mengapa atau bagaimana.
2. Bersifat atau mengarah pada pertanyaan yang open-ended
    Pertanyaan open-ended adalah menuntut siswa mengembangkan cara untuk memahami pertanyaan dan cara untuk bagaimana menjawab pertanyaan. Ciri penting pertanyaan open ended adalah memungkinkan membuat jawaban yang beragam tingkat kebenarannya.Adanya pertanyaan yang beragam jawabannya, guru bisa menunjuk satu persatu siswa untuk lebih aktif menjawab dan berpikir lebih dari sekedar meniru jawaban teman lain.
3. Memungkinkan jawaban yang beragam.
    Adanya jawaban yang beragam memungkinkan seluruh siswa dengan kemampuan dan potensi yang berbeda-beda dapat berpartisipasi memberikan jawaban dengan caranya masing-masing.
4. Memungkinkan siswa memaknai matematika dari proses menjawab pertanyaan tersebut.
     Siswa memahami proses memahami pertanyaan, proses memilih data, proses memilih strategi, proses menghitung, proses membuat narasi dan argumentasi, hingga proses review dan refleksi. Adanya siswa memaknai matematika membuat siswa tertarik untuk terlibat dalam pembelajaran.
5. Memungkinkan guru menilai secara holistik kemampuan matematika siswa.
     Pertanyaan yang dibuat mengukur semua kompetensi matematis dapat dievaluasi, tidak saja kemampuan mengingat, tetapi juga aspek komunikasi, keterampilan memecahkan masalah, aspek afektif matematis (terampil, tekun, teliti/cermat, kreatif).Menilai secara holistik menuntut siswa mengerahkan kemampuan afektif, kognitif dan psikomotornya untuk mencapai hasil yang baik, sehingga dengan sendiri siswa mau terlibat secara aktif dalam proses belajar.

Oleh karena itu, sebagai guru matematika yang menuntut aktifitas belajar siswa berjalan sesuai harapan. Guru harus mampu membuat pertanyaan efektif dan tepat untuk membangkitkan semangat dan minat siswa belajar matematika menggunakan seluruh ranah kemampuannya.Pertanyaan yang efektif mutlak diperlukan dalam kegiatan belajar matematika yang menuntut taraf berpikir lebih tinggi.
"Artikel ini adalah bagian dari tugas Diklat Online P4TK Matematika"

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

silahkan isi komentar dengan bahasa sopan